Pada kesempatan Kali ini saya akan membahas mengenai Konfigurasi Dasar Mikrotik.
A. PENDAHULUAN
Kepribadian merupakan keseluruhan cara seseorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain. Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang (Robbins, 2008). Disamping itu kepribadian sering diartikan dengan ciri-ciri yang menonjol pada diri individu, seperti kepada orang yang pemalu dikenakan atribut “berkepribadian pemalu”. Kepada orang supel diberikan atribut “berkepribadian supel” dan kepada orang yang plin-plan, pengecut, dan semacamnya diberikan atribut “tidak punya kepribadian”.
B. LATAR BELAKANG
Kepribadian adalah keseluruhan cara seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain.
C. TUJUAN
1. Untuk mempelajari bagaimana seharusnya Anda menerima diri Anda. Reaksi-reaksi diri serta perasaan-perasaan yang sesungguhnya melalui diskusi dan keterlibatan berinteraksi dengan orang lain (komunikasi dua arah).
2 Untuk mengembangkan perasaan harga diri, percaya diri, melalui aspek dukungan dan tanggung jawab yang bersifat timbal balik.
3 Untuk meningkatkan pengertian diri, nilai-nilai diri, kebutuhan diri, agar dapat mengontrol serta membantu orang lain melakukan hal yang sama.
2 Untuk mengembangkan perasaan harga diri, percaya diri, melalui aspek dukungan dan tanggung jawab yang bersifat timbal balik.
3 Untuk meningkatkan pengertian diri, nilai-nilai diri, kebutuhan diri, agar dapat mengontrol serta membantu orang lain melakukan hal yang sama.
D. PEMBAHASAN
Disamping itu kepribadian sering diartikan sebagai ciri-ciri
yang menonjol pada diri individu, seperti kepada orang yang pemalu dikenakan
atribut “berkepribadian pemalu”. Kepada orang supel diberikan atribut
“berkepribadian supel” dan kepada orang yang plin-plan, pengecut, dan
semacamnya diberikan atribut “tidak punya kepribadian”.
Definisi kepribadian menurut psikologi[
Berdasarkan psikologi, Gordon Allport menyatakan bahwa kepribadian sebagai
suatu organisasi (berbagai aspek psikis dan fisik) yang merupakan suatu
struktur dan sekaligus proses. Jadi, kepribadian merupakan sesuatu yang dapat
berubah. Secara eksplisit Allport menyebutkan, kepribadian secara teratur
tumbuh dan mengalami perubahan.
Ekstraversi dan Introversi
Personality Continuum Scale. Menurut dokter
psikologi dari Swiss, Carl Jung, terdapat 3 jenis kepribadian umum pada
manusia, yaitu Introvert (Introversion), Ambievert (Ambiversion) dan Extrovert
(Extraversion).
Diagram Eysenck. Diagram Kepribadian Eysenck
yang merupakan pengembangan dari teori Hippocrates.
Di dalam psikologi, terdapat pengelompokkan kepribadian manusia bedasarkan
bagaimana manusia memperoleh gairahnya. Pengelompokkan ini pertama kali dicetuskan oleh Carl Jung (1920), dalam bukunya berjudul Psychologische
Typen.Secara umum, pribadi yang ekstrover mendapatkan gairah
(atau energi) dari interaksi sosial. Ekstrover biasanya memiliki kepribadian yang terbuka dan
senang bergaul, serta memiliki kepedulian yang tinggi terhadap apa yang terjadi
di sekitar mereka. Sementara introver, di sisi lain, dianggap mendapatkan
gairah lewat menyendiri. Introver, biasanya cenderung pendiam, suka merenung, dan
lebih perduli tentang pemikiran mereka dalam dunia mereka sendiri. Di antarakecenderungan ekstrem introversi dan ekstroversi,
terdapat ambiversi yang merupakan kepribadian penengah antara ekstrover dan
introver. Meskipun terdapat perbedaan yang kontras antara introver
dan ekstrover, Carl Jung menganggap bahwa jarang terdapat manusia yang
sepenuhnya ekstrover atau introver.
Struktur Kepribadian[sunting | sunting sumber]
Eysenck berpendapat bahwa kebanyakan ahli-ahli teori kepribadian
terlalu banyak mengemukakan variabel-variabel kompleks dan tidak jelas.
Pendapat ini dikombinasikan dengan anlisisnya, yaitu dengan analisis faktor yang
telah menghasilkan sistem kepribadian yang ditandai oleh adanya sejumlah kecil
dimensi-dimensi pokok yang didefinisikan dengan teliti dan jelas.
Kepribadian sebagai organisasi tingkah laku dipandang Eysenck
memiliki empat tingkatan hierarki, berturut-turut dari hierarki yang tinggi ke
hierarki yang rendah :
1.
Hierarki
tertinggi : Tipe/Supertraits, kumpulan dari trait, yang mewadahi kombinasi
trait dalam suatu dimensi yang luas.
2.
Hierarki kedua :
Trait, kumpulan kecenderungan kegiatan, koleksi respon yang saling berkaitan
atau mempunyai persamaan tertentu. Ini adalah disposisi kepribadian yang
penting dan permanen.
3.
Hierarki ketiga :
Kebiasaan tingkah laku atau berpikir, kumpulan respon spesifik,
tingkahlaku/pikiran yang muncul kembali untuk merespon kejadian yang mirip.
4.
Hierarki
terendah : Respon spesifik, tingkahlaku yang secara aktual dapat diamati,
yang berfungsi sebagai respon terhadap suatu kejadian.
Jika dilihat dari hubungnnya dengan hierarki di atas, maka dapat
disebutkan bahwa antar bagian dari hierarki kepribadian tersebut terjadi
interaksi dan saling berpengaruh antar satu dengan yang lainnya. Sebagai contoh
adalah adanya interaksi antara bagian kepribadian yang disebut sebagai specific
response dan habitual response. Dimana yang disebut sebagai specific response
yakni perilaku atau pikiran individual yang bisa mencirikan sebuah pribadi atau
tidak, misal seorang siswa yang menyelesaikan tugas membaca. Sedangkan habitual
response dapat dimaknai sebagai respon yang terus berlangsung di bawah kondisi yang
sama, misal jika seorang siswa seringkali berusaha sampai suatu tugas selesai
dikerjakannya. Habitual response ini dapat berubah-ubah ataupun dapat menetap.
Setelah mengetahui penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa untuk membuat perilaku tertentu atau specific response menjadi sebuah
kebiasaan atau habitual response maka perlu adanya pengulangan perilaku
tertentu tersebut hingga beberapa kali. Sedangkan jika individu tersebut tidak
menginginkan perilaku tertentu itu menjadi sebuah habitual response atau sebuah
kebiasaan, maka tidak diperlukan pengulangan perilaku hingga berkali-kali. Dan
hubungan serta interaksi juga berlaku pada bagian kepribadian Eysenck yang
lain, seperti tipe dan trait.
Ciri-ciri kepribadian
Para ahli tampaknya masih sangat beragam dalam memberikan
rumusan tentang kepribadian. Dalam suatu penelitian kepustakaan yang dilakukan
oleh Gordon W. Allport (Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 2005) menemukan
hampir 50 definisi tentang kepribadian yang berbeda-beda. Berangkat dari studi
yang dilakukannya, akhirnya dia menemukan satu rumusan tentang kepribadian yang
dianggap lebih lengkap. Menurut pendapat dia bahwa kepribadian adalah
organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psiko-fisik yang
menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya.
Kata kunci dari pengertian kepribadian adalah penyesuaian diri. Scheneider
(1964) mengartikan penyesuaian diri sebagai “suatu proses respons individu baik
yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi
kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, ketegangan emosional, frustrasi dan konflik, serta memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan
tersebut dengan tuntutan (norma) lingkungan.
Sedangkan yang dimaksud dengan unik bahwa kualitas perilaku itu
khas sehingga dapat dibedakan antara individu satu dengan individu lainnya.
Keunikannya itu didukung oleh keadaan struktur psiko-fisiknya, misalnya
konstitusi dan kondisi fisik, tampang, hormon, segi kognitif dan afektifnya
yang saling berhubungan dan berpengaruh, sehingga menentukan kualitas tindakan
atau perilaku individu yang bersangkutan dalam berinteraksi dengan
lingkungannya.
Untuk menjelaskan tentang kepribadian individu, terdapat
beberapa teori kepribadian yang sudah banyak dikenal, diantaranya : teori
Psikoanalisa dari Sigmund Freud, teori Analitik dari Carl Gustav Jung, teori
Sosial Psikologis dari Adler, Fromm, Horney dan Sullivan, teori Personologi
dari Murray, teori Medan dari Kurt Lewin, teori Psikologi Individual dari
Allport, teori Stimulus-Respons dari Throndike, Hull, Watson, teori The Self
dari Carl Rogers dan sebagainya. Sementara itu, Abin Syamsuddin (2003)
mengemukakan tentang aspek-aspek kepribadian, yang di dalamnya mencakup :
·
Karakter yaitu
konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsiten tidaknya dalam
memegang pendirian atau pendapat.
·
Temperamen yaitu
disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya mereaksi terhadap
rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan.
·
Sikap; sambutan
terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau ambivalen.
·
Stabilitas emosi yaitu
kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari lingkungan. Seperti
mudah tidaknya tersinggung, marah, sedih, atau putus asa
·
Responsibilitas
(tanggung jawab) adalah kesiapan untuk menerima risiko dari tindakan atau
perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima risiko secara wajar, cuci
tangan, atau melarikan diri dari risiko yang dihadapi.
·
Sosiabilitas yaitu
disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Seperti :
sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan kemampuan berkomunikasi dengan
orang lain.
Setiap individu memiliki ciri-ciri kepribadian tersendiri, mulai
dari yang menunjukkan kepribadian yang sehat atau justru yang tidak sehat.
Dalam hal ini, Elizabeth (Syamsu Yusuf, 2003) mengemukakan ciri-ciri
kepribadian yang sehat dan tidak sehat, sebagai berikut :
Kepribadian yang sehatMampu menilai diri sendiri secara realisitik;
mampu menilai diri apa adanya tentang kelebihan dan kekurangannya, secara
fisik, pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.
·
Mampu menilai situasi
secara realistik; dapat menghadapi situasi atau kondisi kehidupan yang
dialaminya secara realistik dan mau menerima secara wajar, tidak mengharapkan
kondisi kehidupan itu sebagai sesuatu yang sempurna.
·
Mampu menilai prestasi
yang diperoleh secara realistik; dapat menilai keberhasilan yang diperolehnya
dan meraksinya secara rasional, tidak menjadi sombong, angkuh atau mengalami superiority complex, apabila memperoleh prestasi yang tinggi atau kesuksesan hidup.
Jika mengalami kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan frustrasi, tetapi dengan
sikap optimistik.
·
Menerima tanggung
jawab; dia mempunyai keyakinan terhadap kemampuannya untuk mengatasi
masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya.
·
Kemandirian; memiliki
sifat mandiri dalam cara berfikir, dan bertindak, mampu mengambil keputusan,
mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri dengan norma yang
berlaku di lingkungannya.
·
Dapat mengontrol
emosi; merasa nyaman dengan emosinya, dapat menghadapi situasi frustrasi,
depresi, atau stress secara positif atau konstruktif , tidak destruktif
(merusak)
·
Berorientasi tujuan;
dapat merumuskan tujuan-tujuan dalam setiap aktivitas dan kehidupannya
berdasarkan pertimbangan secara matang (rasional), tidak atas dasar paksaan
dari luar, dan berupaya mencapai tujuan dengan cara mengembangkan kepribadian
(wawasan), pengetahuan dan keterampilan.
·
Berorientasi keluar
(ekstrovert); bersifat respek, empati terhadap orang lain, memiliki kepedulian
terhadap situasi atau masalah-masalah lingkungannya dan bersifat fleksibel
dalam berfikir, menghargai dan menilai orang lain seperti dirinya, merasa
nyaman dan terbuka terhadap orang lain, tidak membiarkan dirinya dimanfaatkan
untuk menjadi korban orang lain dan mengorbankan orang lain, karena kekecewaan
dirinya.
·
Penerimaan sosial; mau
berpartsipasi aktif dalam kegiatan sosial dan memiliki sikap bersahabat dalam
berhubungan dengan orang lain.
·
Memiliki filsafat
hidup; mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang berakar dari
keyakinan agama yang dianutnya.
·
Berbahagia; situasi
kehidupannya diwarnai kebahagiaan, yang didukung oleh faktor-faktor achievement (prestasi), acceptance (penerimaan),
dan affection (kasih sayang).
Kepribadian yang tidak
sehat
·
Mudah marah
(tersinggung)
·
Menunjukkan
kekhawatiran dan kecemasan
·
Sering merasa tertekan
(stress atau depresi)
·
Bersikap kejam atau
senang mengganggu orang lain yang usianya lebih muda atau terhadap binatang
·
Ketidakmampuan untuk
menghindar dari perilaku menyimpang meskipun sudah diperingati atau dihukum
·
Kebiasaan berbohong
·
Hiperaktif
·
Bersikap memusuhi semua
bentuk otoritas
·
Senang
mengkritik/mencemooh orang lain
·
Sulit tidur
·
Kurang memiliki rasa
tanggung jawab
·
Sering mengalami
pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan faktor yang bersifat organis)
·
Kurang memiliki
kesadaran untuk menaati ajaran agama
·
Pesimis dalam
menghadapi kehidupan
·
Kurang bergairah
(bermuram durja) dalam menjalani kehidupan
Faktor-faktor penentu kepribadian
Faktor keturunan
Keturunan merujuk pada faktor genetika seorang individu.Tinggi fisik, bentuk wajah, gender, temperamen, komposisi otot dan refleks,
tingkat energi dan irama biologis adalah karakteristik yang pada umumnya dianggap, entah
sepenuhnya atau secara substansial, dipengaruhi oleh siapa orang tua dari individu tersebut, yaitu komposisi biologis, psikologis, dan psikologis bawaan dari individu.
Terdapat tiga dasar penelitian yang berbeda yang memberikan sejumlah kredibilitas terhadap argumen bahwa faktor keturunan memiliki peran penting dalam menentukan kepribadian seseorang. Dasar pertama berfokus pada penyokong genetis dari perilaku dan temperamen anak-anak. Dasar kedua berfokus pada anak-anak kembar yang dipisahkan sejak lahir. Dasar ketiga meneliti konsistensi kepuasan kerja dari waktu ke waktu dan dalam berbagai situasi.
Penelitian terhadap anak-anak memberikan dukungan yang kuat terhadap pengaruh dari faktor keturunan. Bukti menunjukkan bahwa sifat-sifat seperti perasaan malu, rasa takut, dan agresif dapat dikaitkan dengan karakteristik genetis bawaan. Temuan ini mengemukakan bahwa beberapa sifat kepribadian mungkin dihasilkan dari kode genetis sama yang memperanguhi faktor-faktor seperti tinggi badan dan warna rambut.
Terdapat tiga dasar penelitian yang berbeda yang memberikan sejumlah kredibilitas terhadap argumen bahwa faktor keturunan memiliki peran penting dalam menentukan kepribadian seseorang. Dasar pertama berfokus pada penyokong genetis dari perilaku dan temperamen anak-anak. Dasar kedua berfokus pada anak-anak kembar yang dipisahkan sejak lahir. Dasar ketiga meneliti konsistensi kepuasan kerja dari waktu ke waktu dan dalam berbagai situasi.
Penelitian terhadap anak-anak memberikan dukungan yang kuat terhadap pengaruh dari faktor keturunan. Bukti menunjukkan bahwa sifat-sifat seperti perasaan malu, rasa takut, dan agresif dapat dikaitkan dengan karakteristik genetis bawaan. Temuan ini mengemukakan bahwa beberapa sifat kepribadian mungkin dihasilkan dari kode genetis sama yang memperanguhi faktor-faktor seperti tinggi badan dan warna rambut.
Para peneliti telah mempelajari lebih dari 100 pasangan kembar
identik yang dipisahkan sejak lahir dan dibesarkan secara terpisah.Ternyata peneliti menemukan kesamaan untuk hampir setiap
ciri perilaku, ini menandakan bahwa bagian variasi yang
signifikan di antara anak-anak kembar ternyata terkait dengan faktor genetis. Penelitian ini juga memberi kesan bahwa lingkungan pengasuhan tidak begitu memengaruhi perkembangan
kepribadian atau dengan kata lain, kepribadian dari seorang kembar identik yang dibesarkan di keluarga yang berbeda ternyata lebih mirip dengan pasangan
kembarnya dibandingkan kepribadian seorang kembar identik dengan saudara-saudara kandungnya yang dibesarkan bersama-sama.
Faktor lingkungan
Faktor lain yang memberi pengaruh cukup besar terhadap
pembentukan karakter adalah lingkungan di mana seseorang tumbuh dan
dibesarkan; norma dalam keluarga, teman, dan kelompok sosial; dan pengaruh-pengaruh lain yang seorang
manusia dapat alami.Faktor lingkungan ini memiliki peran dalam membentuk
kepribadian seseorang.Sebagai contoh, budaya membentuk norma, sikap, dan nilai yang diwariskan
dari satu generasi ke generasi berikutnya dan menghasilkan konsistensi seiring
berjalannya waktu sehingga ideologi yang secara intens berakar di suatu kultur mungkin hanya
memiliki sedikit pengaruh pada kultur yang lain. Misalnya, orang-orang Amerika Utara memiliki semangat ketekunan, keberhasilan,
kompetisi, kebebasan, dan etika kerja Protestan yang terus tertanam dalam diri mereka melalui buku, sistem sekolah, keluarga, dan teman, sehingga orang-orang
tersebut cenderung ambisius dan agresif bila dibandingkan dengan individu yang
dibesarkan dalam budaya yang menekankan hidup bersama individu
lain, kerja sama, serta memprioritaskan keluarga daripada
pekerjaan dan karier.
E. KESIMPULAN
F. REFERENSI
http://belajarkepribadian.blogspot.co.id
https://id.wikipedia.org
http://etheses.uin-malang.ac.id
Sekian postingan Dari saya kurang lebihnya mohon maaf.
Wassalamu' alaikum Wr. wb
0 komentar:
Posting Komentar